News Update :

Demi Solidaritas Perselingkuhan

LELAKI jika sedang selingkuh, lupa sudah pada istri dan anak-anak. Seperti Slamet, 40, dari Cirebon ini contohnya. Tahu istri sedang memarahi WIL-nya lewat HP, rasa solidaritas selingkuhnya pun muncul, sehingga ibu daripada anak-anaknya itu dipukul hingga babak belur. Keruan saja Ny. Sulis, 35, lapor ke polisi.
Memonopoli cinta suami, itulah sikap dasar wanita. Bila ada wanita mau dimadu, itu hanya karena keyakinan agamanya begitu kuat. Tapi secara umum, tak ada wanita yang mau cinta suami dibagi-bagi macam BLT saja. Hari ini dikasih ke B, besuk ke C, dan besuknya lagi ke Z. Kasihan kan istri pertama di rumah, dia hanya dapat gendul (botol)-nya yang gandul-gandul.
Ini pula sikap Ny. Sulis, terhadap suaminya Slamet. Dia sebenarnya tidak rela bapaknya anak-anak ini punya WIL. Sebab secara materil maupun onderdil, semuanya tidak kena. Secara materil, apa yang bisa diandalkan dari lelaki warga Kampung Kejaksaan, Cirebon ini? Dia hanya pegawai kecil sebuah kantor swasta, sehingga untuk menambah penghasilan, istri pun harus ikut kerja.
Secara onderdil apa lagi, Sulis sungguh tak bisa menerima bahwa  “itu barang” dipakai ke mana-mana. Yang secara resmi saja, misalnya poligami lewat kawin siri, dia akan menentang keras, apa lagi ini secara nyolong-nyolong. Padahal secara ilmu kedokteran, cara-cara Slamet sangatlah tidak hiegenis. Analoginya jarum suntik. Dokter-dokter sekarang kan menggunakan sekali pakai. Habis buat injeksi pasien langsung dibuang. Lha jarumnya Slamet ini apa? Jarum hanya satu-satunya kok dibuat injeksi ke sana kemari.
Jika hanya mengikuti egoisme pribadi, ingin rasanya Sulis minta cerai dari suami. Tapi dia selalu ingat bahwa perceraian hanyalah tindakan yang akan mengorbankan anak-anak. Kenapa mereka yang tak tahu masalah orangtuanya harus menjadi korban? Nah, demi menyelamatkan perasaan dan masa depan anak, Sulis terpaksa mengalah suami punya PIL. Soalnya Slamet ini memang selalu mengancam, “Kamu melarang aku punya WIL, tak cerai kamu…..!”
Jikalau Slamet kuat dimateril dan onderdil, mungkin tak begitu masalah dengan program WIL berbasis selingkuh itu. Tapi yang terjadi kan politik GLTL (Gali Lobang Tutup Lobang) dalam kebijakan ekonomi rumahtangganya. Seringkali anggaran rumah berkurang banyak karena oleh Slamet sengaja dana dimainkan untuk WIL-nya. Memang begitulah kelakuannya. Sejak punya WIL, perilaku Slamet jadi seperti Banggar DPR saja, suka memainkan anggaran!
Nah, beberapa hari lalu Sulis sewot banget karena anggaran bulan Maret 2012 banyak dipangkas. Ee, kok tahu-tahu melihat putrinya, Endang, 15, terima telpon lewat HP dari Sarniti, 30, WIL suaminya. Langsung saja dia meradang. HP itu langsung direbut dari tangan si anak, dan dia gantian memaki-maki WIL suaminya itu dengan kata-kata kasar, termasuk mengata-ngatai perempuan gatel, kerjanya suka merebut suami orang.
Kebetulan Slamet mendengar percekcokan istri dengan WIL-nya. Sebagai peselingkuh sejati, rasa solidaritas selingkuhnya terpanggil. Dia tak terima WIL-nya dibilang gatel oleh istrinya. Kenapa sewot dengan orang gatel, toh saat menggaruk-garuk juga takkan minta tolong pada Sulis. Karena diingatkan untuk menutup telepon tak mau, Slamet langsung menempeleng istrinya pakai tangan, ditambah kepretan dengan sandal. Sakit hati sekali Sulis, sehingga dia lapor ke Polres Cirebon dengan membawa pasal KDRT untuk menjerat suaminya.
Share this Article on :
 
Design by Enda Alfaridzh