JAKARTA - Dewan Kesehatan Rakyat (DKR) menyebut ada motif politis di balik teror bom molotov sekretariat DKR, Jalan Johar Baru II Nomor 12, Jakarta Pusat, Sabtu dini hari tadi.
Ketua GKR Agung Nugroho, menuding teror tersebut berasal dari 'dosa warisan' Siti Fadilah Supari selama menjabat sebagai Menteri Kesehatan. "Ibu Siti Fadilah adalah satu-satunya orang yang menutup Namru," katanya saat ditemui okezone di Kantor DKR, Sabtu (21/4/2012).
Agung menyebut Namru sebagai Laboratorium Militer Amerika Serikat yang menciptakan virus-virus baru di Indonesia. "Namru itu laboratorium Angkatan Amerika yang bekerja kontra-intelijen di Indonesia. Namru Menciptakan penyakit-penyakit baru. Begitu penyakit mewabah, kita diminta beli vaksin yang sudah diciptakan mereka," sebut Agung.
Di DKR, Siti Fadilah menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina organisasi massa yang diklaim sudah menyebar di 33 provinsi se-Indonesia itu. Agung mengatakan, GKR memang dibikin Siti Fadilah ketika menjabat sebagai Menteri Kesehatan. "GKR dibentuk pada 2008 dengan SK Menteri Kesehatan nomor 116. Tapi, sejak Siti Fadilah lengseng, GKR menjadi organisasi independen," kata Agung.
Menurut Agung, Amerika Serikat memang sempat dibikin kelabakan oleh Siti Fadilah dengan menutup Namru. Selain itu, Amerika juga sempat marah akibat Siti Fadilah menolak membeli vaksin flu brung.
"Pada kasus Flu Burung, Siti Fadilah menolak membeli vaksin flu itu dari amerika. Siti Fadilah yakin kita bisa membuat sendiri, kita ada bahan baku, tenaga ahlinya ada. Saya pikir karena itulah ibu terseret kasus korupsi," ungkap Agung.
DKR mengklaim mendapat teror bom mototov Sabtu dini hari, pukul 01.30 WIB. Bom tersebut tidak dilempar, melainkan diletakkan di antara sofa kulit yang ada di teras sekretariat.
Agung mengaku mengetahui DKR mendapat teror begitu melihat sudah ada api yang berkobar di teras yang mencapai langit-langit. "Waktu itu, saya mau ambil air minum, pas tengol keluar ada api. Kita siram pakai air, malah membesar," katanya.